Dari Mana Asal Garam di Laut

admin
0

Air laut menjadi asin karena kandungan garam yang larut di dalamnya. Proses ini terjadi karena seiring berjalannya waktu, air hujan dan air sungai membawa mineral dari daratan ke laut. Air laut juga mengandung garam yang dilepaskan dari batuan di dasar laut melalui proses pelapukan.

Saat air mengalir ke laut, garam dari air hujan, air sungai, dan pelapukan batuan terlarut dalam air laut. Ketika air laut menguap melalui proses penguapan, airnya berubah menjadi uap, sementara garam-garam tersebut tetap di dalam air. Karena itu, semakin banyak air laut yang menguap, semakin tinggi konsentrasi garam di dalamnya, membuat air laut terasa asin.

Rata-rata, kandungan garam dalam air laut adalah sekitar 3.5% berat per volume (35 gram per liter). Meskipun sebagian besar garam laut adalah natrium klorida (NaCl), air laut juga mengandung berbagai garam dan mineral lainnya dalam jumlah yang lebih kecil.


Asal Garam Laut

Garam di laut berasal dari berbagai sumber, dan proses-proses alami yang terjadi di dalam dan di sekitar lautan. Berikut adalah beberapa sumber utama garam di laut:


1. Pelapukan Batuan

Garam berasal dari batuan di daratan yang melalui proses pelapukan. Air hujan dan air sungai membawa mineral-mineral, termasuk garam, dari daratan ke laut.

2. Aktivitas Vulkanik

Aktivitas vulkanik dapat melepaskan mineral dan garam ke laut. Ketika gunung berapi meletus, material vulkanik dapat mencampur dengan air laut dan memberikan kontribusi pada kandungan mineral di laut.

3. Proses Geokimia

Beberapa proses geokimia di dalam bumi dapat melepaskan garam ke dalam air laut. Salah satu contoh adalah proses hidrotermal di dasar laut, di mana air panas dari bawah permukaan bumi membawa mineral-mineral ke laut.

4. Aktivitas Organisme Laut

Organisme laut seperti mikroorganisme, ganggang, dan hewan laut juga dapat berkontribusi pada kandungan garam di laut melalui siklus kehidupan mereka. Misalnya, organisme yang mati dapat menghasilkan garam saat terdekomposisi.

5. Siklus Air Laut

Air laut terus mengalami siklus evaporasi (penguapan) dan presipitasi (hujan). Ketika air laut menguap, garam-garam tetap di dalamnya, meningkatkan konsentrasi garam di laut.


Sumber-sumber ini berkontribusi pada kandungan garam yang terdapat di dalam air laut, dan seiring berjalannya waktu, proses-proses ini membentuk ekosistem unik di dalam laut dan memberikan karakteristik asin pada air laut.


Proses Geokimia

Proses geokimia yang berkontribusi pada kandungan garam di laut melibatkan interaksi mineral-mineral di dalam bumi dengan air laut. Beberapa proses ini termasuk:

1. Hidrotermal Ventilasi

Di dasar laut, terdapat daerah yang dikenal sebagai "black smokers" atau ventilasi hidrotermal. Air panas yang muncul dari sumber ini mengandung berbagai mineral, termasuk logam-logam seperti besi, tembaga, dan sulfida logam lainnya. Proses ini melibatkan air laut yang meresap ke dalam kerak bumi, memanaskan dan melarutkan mineral-mineral, dan kemudian mengeluarkannya kembali ke laut. Garam-garam yang dilarutkan dalam air panas ini termasuk dalam kandungan garam laut.

2. Proses Subduksi

Ketika lempeng samudra bertemu dengan lempeng benua atau lempeng samudra lainnya, lempeng samudra dapat terdesak ke dalam manto bumi dalam proses yang disebut subduksi. Pada kedalaman tertentu, tekanan dan suhu meningkat, menyebabkan material dari lempeng samudra larut dan membentuk magma. Magma ini kemudian dapat mencapai permukaan melalui letusan gunung berapi dan melepaskan mineral-mineral, termasuk garam, ke dalam air laut.

3. Pelapukan Batuan di Bawah Permukaan

Beberapa batuan di bawah permukaan bumi mengandung mineral-mineral seperti halit (garam batuan) yang dapat melarut dalam air. Proses pelapukan ini terjadi ketika air tanah meresap ke dalam lapisan batuan, melarutkan mineral-mineral tersebut, dan membawanya menuju permukaan. Air yang mengandung garam ini kemudian dapat mengalir ke laut melalui sungai atau proses perkolasi.

4. Pelarutan Mineral

Proses ini melibatkan pelarutan mineral-mineral dari batuan di daratan dan pengangkutan mereka oleh air ke laut. Mineral-mineral seperti natrium klorida, magnesium, kalsium, dan kalium dapat terlarut dalam air hujan, air sungai, atau air tanah, dan kemudian dibawa ke laut. Proses ini memberikan kontribusi signifikan pada kandungan garam laut.


Melalui interaksi kompleks antara berbagai proses geokimia ini, laut menjadi habitat yang kaya akan mineral dan garam. Ini tidak hanya mempengaruhi sifat fisika air laut, tetapi juga memberikan dasar untuk kehidupan laut yang beragam dan unik.


Kesimpulan:

Asal garam laut adalah dari air hujan. Air hujan yang turun ke bumi memiliki sifat asam karena mengandung karbon dioksida (CO2) yang berasal dari udara. Air hujan yang asam ini kemudian akan mengalir ke permukaan bumi dan meresap ke dalam tanah. Di dalam tanah, air hujan akan melarutkan mineral-mineral yang ada, termasuk garam. Garam yang larut dalam air hujan kemudian akan terbawa oleh aliran air sungai dan akhirnya bermuara ke laut.

Proses ini terjadi secara terus-menerus selama jutaan tahun, sehingga lama-kelamaan kandungan garam di laut menjadi semakin tinggi. Garam laut yang terbentuk kemudian akan mengendap di dasar laut. Proses pengendapan garam ini akan berlangsung lebih cepat di daerah yang memiliki iklim panas dan kering.


Source Thumbnail: Image by jcomp on Freepik

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Accept !